Catatan Kuliah Filsafat Umum

Tulisan ini adalah tugas ke-2 dalam mata kuliah Filsafat Umum dengan dosen pembimbing Bapak Ahmad Fadil Lc, M. Hum. Dalam tugas ke-2 ini mengenai catatan kuliah Filsafat Umum selama semester dua ini.

Jadwal Filsafat Umum dalam kelas A semester 2 jurusan BKI dengan 2 SKS dimulai dari jam 09.15 WIB sampai 10.55 WIB di hari kamis. Baik diskusi online maupun face to face dikelas. Pertemuan membahas tentang “Membantah Stigma Terhadap Filsafat”, pertemuan ke-2 membahas tentang “Keharusan Berfikir Kritis”, peretemuan ke-3 membahas tentang “Filsafat, Kodrat Manusia, dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, pertemuan ke-4 membahas tentang “Mengenal Filsuf: Sokrates dan Ibnu Rusyd”, pertemuan ke-5 “Logika dan Fallasi”, pertemuan ke-6 “Pandangan Islam Tentang Akal”, pertemuan ke-7 membahas tentang “Definisi dan Metode Filsafat”, peretemuan ke-8 Ujian Tengan Semester (UTS) namun, karena mahasiswa sudah diberi tugas dengan membuat tulisan di blognya sendiri seperti tulisan ini.

Pada pertemuan ke-5 yaitu pembahasan mengenai “Logika dan Fallasi” Pak Fadil mengirim materi ini melalui pesan WhatsApp, Pertemuan tatap muka di kelas hanya untuk diskusi atau bertanya bagi yang belum faham dengan materinya. Syahnas Zen bertanya, “Pak premis itu apa?” Pertanyaan ini yang mengawali pembelajaran. “Mengenal premis itu adalah tujuan belajar logika, karena tujuan belajar logika adalah kita bisa menyusun argumentasi. Argumentasi itu alasan kita punya pernyataan bebas mau punya pernyataan apa saja yang penting ada alasannya atau ada dalilnya. Argumentasi ini disusun oleh premis-premis, premis yang pertama adalah premis minor dan yang ke dua adalah premis mayor kemudian dari situ kita membuat konklusi ini adalah pernyataan yang awalnya kita miliki pernyataan itu dalam argumentasi menjadi konklusi dan alasan adalah premis-premis. Premis ini sebenernya ada di akhir kalimat kalau dia gak gabung dengan argumentasi. Jadi premis adalah kalimat yang menjadi bagian argumentasi yang disusun dengan susunan tertentu sehingga bisa menghasilkan konklusi.” Penjelasan Pak Fadil mengenai premis dan menerangkan di kelas dengan penjabaran mengenai “Logika dan Fallasi”.

Setelah menerangkan “Logika dan Fallasi” Pak Fadil menanyakan, “Ada pertanyaan lagi?” Riski langsung mengankat tangannya dan berbicara, “Pak boleh nanya di luar ini gak?” Pak Fadil dengan santainya mengucap, “Ayo keluar” Mahasiswa yang lain bingung dan Riski langsung menjawab ajakan Pak Fadil, “Keluar kemana ini?” Pak Fadil menjawab, “Katanya diluar ini.” Pak Fadil menjawab sambil menunjukan jari telunjuknya ke bawah, semua mahasiswa tertawa mendengar jawaban Pak Fadil. “Maksudnya di luar materi ini Bapak. Ada temen saya anak Ekonomi nanya, kamu di mata kuliah Filsafat belajar gak tentang ada, ada itu apa? Terus dia nyontohin coba nih pulpen kalau di taro di depan kamu ada gak? Saya jawab ada, tapi kalau di taro di belakang kamu ada gak? Saya jawab gak ada. Terus saya jawab ada itu berfikir. Saat pulpen itu di taro dibelakang gak ada tapi saya tau kalo pulpen itu ada di belakang saya karena saya berfikir. Gitu jawaban saya Pak.” Riski menguraikan kronologi pertanyaannya. “Wis pinter, bener kalau saya ketemu sama temenmu itu saya pasti akan jawab seperti itu. Ada pikiran dan kenyataan. Ada dipikiran tapi tidak ada di kenyataan contohnya Pegasus itu ada didalam pikiran tapi tidak ada dikenyataan hanya ada di dalam illusi. Tidak ada dipikiran tapi ada di dalam kenyataan contohnya apa?” penjelasan Pak Fadil. “Contohnya bapaknya Bapak.” Fatonah yang melontarkan jawaban. “Iya, bapaknya saya bisa, tidak ada dipikiran tapi ada di dalam kenyataan. Ada dipikiran ada di dalam kenyatan.” Ucap Pak Fadil dan anak-anak kompak menjawab, “Bapaaaak.” Seisi kelas tertawa mendengar jawaban yang sama ini. “Kayaknya saya belum minta apa-apa deh, udah dipikirin. Gak ada di pikiran gak ada di kenyataan, apa ya?” Pak Fadil melontarkan pertanyaan. Ada yang menjawab, “Musibah Pak.” Jawaban dari Fatonah. “Tapi kan musibah ada di kenyataan.” Aas menepis jawaban Fatonah. “Gak ada Pak, gak ada di pikiran gak ada di kenyataan.” Jawaban Fatonah.

“Filsuf itu yang dia pikirin yang benar-benar ada yang mana, yang ada di pikiran atau yang ada di kenyataan. Yang benar-benar ada maksudnya yang adanya lebih kuat yang adanya benar-benar jelas. Tuhan itu ada di dalam kenyataan. Di dalam kenyataanpun ini ngomonginnya teologi, keyakinan ada di dalam kenyataan tapi bukan yang bersifat fisik dan material. Kan udah jelas Tuhan itu wajibul wujud bukan mungkinun wujud yang sifatnya fisik. Kita berfikir tentang apa bukti adanya Tuhan.” Penjelasan Pak Fadil. “Bukti adanya Tuhan ya adanya alam semesta.” Jawaban dari Fatonah. “Berarti lebih kuat adanya Tuhan apa adanya kita?” tanya Pak Fadil. “Adanya kita, karena kita menjadi bukti adanya Tuhan.” Jawaban Abdul Qori. “Adanya Tuhan lebih lemah daripada adanya kita, sesat itu. Biasanya kita bertanya apa bukti adanya Tuhan karena adanya alam semesta. Berarti kalau kayak gitu siapa yang paling kuat?” Pak Fadil melontarkan pertanyaan lagi. “Tuhaaaan.” Jawaban semua mahasiswa dengan satu suara yang kompak.

“Adanya Tuhan kan yang diragukan, ia baru terbukti ada setelah adanya kita, adanya alam semesta. Berarti yang lebih kuat bisa menjadi bukti adanya Tuhan ini pikiran sesat. Seharusnya kalau kalian lebih bilang adanya Tuhan lebih kuat daripada alam semesta berarti yang kita tanyakan lebih ada itu alam semesta. Ada gak alam semesta ini. karena, kamu gak sering nanya seperti ini kamu sudah yakin alam semesta itu ada karena kamu ada. Jadi gak perlu dibuktiin lagi, nyata gak adanya kamu? Kamu pernah mimpi yang sedih terus kamu nangis terus kamu bangun bilang “Akhirnya cuman mimpi”. Bisa ga kita bayangin ada kamu yang lain yang sedang tidur dan semua yang dikerjain kamu dari bangun itu ternyata adalah mimpinya dia, semua ini mungkin. Pusing juga ya. Kan biasanya kita mikir keberadaan Tuhan tapi apa kita gak pernah mikir keberadaan manusia, bukti keberadaan Tuhan ya kita, berarti keberadaan kita lebih jelas dan lebih terang, itu kan sesat. Kalau mau gak sesat itu ya kayak gini, kita yakin bahwa yang benar-benar ada itu adalah Allah sehingga keberadaan Allah itu lebih kuat. Udah ragu gak sama keberadaanmu sekarang? Karena kamu masih ada. Maka kita perlu membuktikan keberadaan kita, kalau mimpi ini ada. Ada hadistnya itu “Semua manusia itu sedang tidur, nanti kalau sudah mati baru kita bangun.” Al-Quran surah Qaf ayat 30 berapa ya pokoknya sekitaran ayat tiga puluhan. Kalau kita gibahin orang gak keliatan dosanya, mulut penuh bangkai saudaranya sendiri gak keliatan. Makan harta anak yatim sama dengan memasukkan api kedalam perut, kan gak keliatan. Karena dia sedang mimpi karena dia tidak bisa melihat ada yang sepenuhnya atau yang sejati yang dia lihat hanya semu. Tapi ada manusia yang namanya Wali itu orang yang sudah tersingkap mata batinnya yang dibawah Para Wali ini orang yang bertakwa orang-orang soleh ini sudah mati sebelum mati mankannya dia gak mau maksiat karena dia sudah lihat hakikatnya. Kalau kita meragukan diri kita ada atau gak ada lantas kita bertubuhan itu kata neneknya Sokrates “Saya berfikir maka saya ada.” Saat segala sesuatu bisa saya ragu-ragukan saya tidak bisa meragukan diri saya yang sedang ragu-ragu (berfikir) saya berfikir maka saya ada. Bagaimana kalau saya tidak sedang berfikir apakah saya ada? Ya, tetap ada walaupun saya sedang tidak berfikir. Karena, ada yang Maha Berfikir yaitu Tuhan yang tetap menjamin keberadaan saya saat saya sedang tidak berfikir. Kayak halnya pulpen, pulpen ini ada saat ada di depan saya itu kan yang liat mata sedangkan pulpen dibelakang saya itu saya gak lihat, mata bilang pulpen itu gak ada yang bilang pulpen itu ada adalah pikiran. Pikiran kita juga bilang kita ada karena kita berfikir, kalau kita sedang gak berfikir ya gak ada karena pikiran kita gak ada tapi dari yang Maha Berfikir itu kita tetap ada jadi kita butuh sama Tuhan supaya kita tetap ada meskipun kita sering lupa. Sekarang sudah kebalik dah, sudah benar kita Tuhan itu yang menjadi bukti adanya kita. Ahlamdulillah, gak sesat.” Pemaparan Pak Fadil dengan jelas.

2 thoughts on “Catatan Kuliah Filsafat Umum

Leave a comment