AGORA

Agora adalah salah satu film yang berkisah tentang Hypatia yakni seorang filsuf astronomi yang berada di Mesir, Provinsi Alexandria, Kota Agora. Pada abad ke-4 Sesudah Masehi dimana penduduknya menganut kepercayaan Kristen, Yahudi, dan bahkan tidak percaya bahwa adanya Tuhan.

Konflik berawal dari sekelompok orang Yahudi dan Kristen beradu argumen mengenai kepercayaannya di balai kota. Diantara sekelompok itu dibatasi dengan kobaran api yang menyala, sekelompok kepercayaan Yahudi berkata “Mereka (Tuhan) bersikap layaknya manusia! Mereka makan, minum, dan melahirkan!” dijawablah oleh sekelompok kepercayaan Kristen “Kalian yang menyembah berhala pria, wanita, burung, reptil! Serapis! Siapa yang bisa percaya Tuhan dengan pot bunga sebagai mahkota?” dan salah satu orang dari sekelompok Kristen menantang sekelompok Yahudi untuk membuktikan siapakah Tuhan yang sebenarnya dengan cara berjalan diatas kobaran api yang menyala.

Sisi negatifnya film ini yang pertama menceritakan kisah saling menghina, mengejek, dan menjatuhkan antar umat beragama. Kearoganan sekelompok umat beragama bagi siapa yang tidak sejalan atau meyakini keberadaan Tuhan yang mereka percaya itu baginya orang yang salah atau hina di matanya. Bahkan salah seorang budak yang mengaku atau ketahuan bahwa dia menganut kepercayaan (Agama) yang berbeda dengan tuannya terkena cambuk. Tidak adanya sikap toleransi, mungkin karena belum adanya atau kurang sadarnya penduduk atau orang-orang yang terdahulu akan toleransi untuk saling menghargai satu sama lain.

Yang kedua salah satu murid Hypatia yaitu Orestes memiliki sikap yang angkuh, meninggikan dirinya dari pada Tuhan. Pada saat Davus (budak Hypatia) menjelaskan tentang planet (Sistem Ptolemic) di kelasnya Orestes bilang “Tuhan harusnya berkonsultasi padaku sebelum dia menciptakan sesuatu.” Yang menurutnya penjelasan Davus itu tidak masuk akal. Ini sama saja dengan Orestes menghina ciptaan Tuhan.

Yang ketiga kebohongan yang dibuat oleh Cyril (penyebar ajaran Kristen) pada saat beliau membacakan kitab sucinya yang berisi sabda Tuhan-Nya,”Aku berharap wanita berpakaian sopan dan tidak dengan rambut dikepang atau emas atau mutiara atau pakaian yang mahal tapi dengan perbuatan yang baik. Bahwa seorang wanita belajar dalam ketenangan dan ketaatan penuh. Aku tidak mengijinkan wanita untuk mengajari atau punya kuasa diatas pria tetapi untuk diam.” Ini adalah ucapan yang menyudutkan Hypatia atau untuk menghasut orang-orang agar Hypatia tidak lagi mengajar.

Bagusnya film ini Hypatia mengajarkan kepada muridnya untuk saling menghargai. Pada saat Orestes dan Synesius bertengkar karena ejekan Orestes kepada Synesius yang menganut kepercayaan Kristen, “Apa aturan pertama Euclid?” tanya Hypatia kepada Synesius, “Jika 2 benda senilai dengan benda ke-3 maka nilai masing-masing adalah sama.” Jawab Synesius, “Banyak hal yang menyatukan kita ketimbang menceraikan kita.” ujar Hypatia dengan tegas kepada semua muridnya. Ini adalah penggambaran bahwa Hytapia mengajarkan bahwa semua muridnya sama di matanya.

Film ini mengajarkan tentang astronomi. Memecahkan masalah perputaran planet, bentuk bumi, dan pergantian musim tapi sayangnya orang-orang terdahulu tidak seorangpun mengahargai tentang astronomi ini.

Pesan yang dapat diambil dari film ini adalah untuk menjujung tinggi rasa toleransi, saling menghargai, dan saling menghormati untuk segala hal baik ilmu, keyakinan, kepercayaan, agama, pendapat, maupun hal lainnya.

Leave a comment